Jumat, 26 April 2013

SEJARAH IKAN CUPANG PLAKAT

Sejarah Ikan Cupang Plakat di Indonesia
Ikan cupang plakat adalah ikan cupang hias dengan bentuk ekor yang lebih pendek atau biasa disebut ikan ekor pendek. Cupang plakat berasal dari Thailand yang pertama kali mengembangbiakannya. kata Plakad merupakan bahasa Thai yang berarti cupang laga atau cupang aduan. cupang plakat memang sebenarnya merupakan ikan cupang aduan atau laga yang berasal dari cupang alam. kata plakad merupakan untuk membedakan antara ikan cupang hias dengan cupang aduan untuk lebih familiar di kalangan internasional. kecantikan ikan cupang pelakat ini terlihat pada bentuk sirip, gigi yang tajam, keindahan & kerasnya sisik ikan maupun gaya bertarung nya.
Pada tahun 2000-an cupang plakat mulai dikenal luas oleh para hobies di Indonesia. karena sebelumnya lebih di nominasi oleh ikan jenis serit maupun halfmoon. ikan cupang plakat pertama kali dibawa & diperkenalkan di Indonesia oleh Henry Gunawan, Hermanus & Joty Atmadjaja. Pada tahun 2003 pertama kali ikan cupang plakad di konteskan oleh InBS dalam pagelaran InBS Award II di Gajah Mada Plaza, tetapai pada saat itu masih pada tahap eksebisi. Plakat sengaja di perkenalkan untuk menggairahkan pasar ikan cupang dalam rangka melawan boomingnya Lou Han. semenjak itu ikan plakat makin banyak penggemarnya karena tampil dengan warna baru & bentuk yang sangat unik. sukurnya ikan cuang mulai kembali di lirik para pecinta ikan cupang.
Ikan cupang plakat pada awal kemunculannya mempunyai ekor berbentuk seperti skop atau spade tail dengan tulang ekor yang hanya dua cabang. cupang yang seperti ini biasa di sebut cupang plakat tradisional. memiliki ujung yang memanjang. karena sirip dasinya atau ventralnya lebih panjang daripada sirip bawahnya.
Dalam perkembangannya plakat dikawinkan dengan ikan cupang half moon, yang menghasilkan ekor yang berbentuk setengah lingkaran menyerupai huruf D tapi bentuk besarannya tidak sebesar cupang half moon, jadi terlihat lebih imut. dan mempunyai tulang ekor yang lebih banyak untuk menyokong ekornya yang berbentuk half moon jadilah ikan jenis Plakat Halfmoon berekor pendek. bahkan ikan cupang plakat ekor mawar (rose tail) mempunyai cabang ekor lebih dari 8 batang.
Persilangan plakat dengan double tail menghasilkan plakat double tail atau cupang cagak ekor pendek dan plakat simetris, yang menambah kemeriahan ikan cupang hias, tapi ikan cupang plakat cagak ini masih belum banyak di pasaran untuk sekarang ini. Plakat Simetris atau symmetrical plakat memiliki sirip punggung (dorsal) yang tinggi dan lebar, karena memiliki grn double tail yang resesif. Penampilan ikan cupang plakat simetris sangat menawan sehingga oleh International Betta Congress (IBC) dimasukan ke dalam kelas tersendiri. untuk membedakan dengan plakat halfmoon & plakat tradisional.
Ada juga cupang plakat untuk dikembangkan agar tubuhnya tumbuh lebih besar & indah di banding dengan cupang umumnya yaitu ber ukuran sekitar 10 – 12 cm diukur dari ujung mulut samapai ujung ekornnya. jadi besarnya kurang lebih dua kali besar ikan cupang normal. yang merupakan persilangan antara cupang alam dengan plakat yang berbadan agak besar yang menjadikan ikan jenis baru yaitu ikan cupang giant plakat.mengenai sejarah ikan cupang raksasa (Cupang giant) sudah saya bahas pada artikel sejarah ikan cupang raksasa pada kesempatan sebelumnya. pada saat pertama kali di perkenalkan di Jakarta International Betta Show 2007 di arena Flora 2007 Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. ikan cupang cupang raksasa plakat ini dibandrol dengan harga US$1.000,- atau setara dengan Rp.10.000.000,- pada saat itu.
Ikan Cupang Double Tail (Cagak)
Awal mula ikan cupang double tail atau ekor cagak tampil sejak adanya ikan cupang jenis half moon hal ini sebenarnya adalah cacat genetik yang diderita ikan cupang hingga membuat ekor ikan menjadi seperti terbagi dua di bagian tengah ekornya (caudal). akibat mutasi genetik ikan ini memiliki sirip punggung yang panjangnya sama dengan sirip bawah dan memiliki sirip ekor atau dua cuping sirip ekor yang berbeda. dengan demikian jika ikan cupang mekar akan terlihat bercabang atau ekornya terbagi dua(cagak).
Definisi lain double tail yang baik adalah suatu lingkaran penuh dengan tidak ada ruang terbuka (sepasi) di antara ketiga sirip, baik sirip punggung, sirip bawah, maupun sirip ekor. dasar sirip di belakang double tail tampak lebih luas dibandingkan dengan singgle tail (ekor tunggal). Double tail yang ideal ialah memiliki sirip bawah yang berhubuingan secara simetris dengan sirip atas atau sirip punggung dan sirip ekor.
Cupang double tail mempunyai cuping ekor yang sama dan seimbang di atas dan di bawah garis tengah ikan itu. Cuping ekor yang atas dan bawah harus seimbang. bentuk lingkarang sama seperti kita melihat ikan jenis half moon hal ini adalah bentuk yang ideal untuk kedua cuping ekor ketika mengembang.
Untuk gen double tail sangat rentan terhadap gen singgle tail apabila kita mengawinkannya. karena itu apabila kita mencoba untuk mengawinkan ikan dengan gen double tail dengan ikan cupang gen singgle tail maka akan menghasilkan lebih banyak ikan singgle tail, dan bahkan akan menghasilkan ikan yang benar-benar jelek karena ini akan mengakibatkan nilai jual ikan tidak bagus, karena ke indahannya yang berkurang banyak. Singgle tail yang memiliki gen double tail biasanya ditandai dengan sirip punggung atau dorsal yang luasnya dua kali sirip punggung dinggle tail normal. jika double tail kita kawinkan dengan double tail juga kita akan menghasilkan ikan double tail setidaknya seperempatnya saja dari seluruh anakan ikan, hal ini di akibatkan belum kuatnya gen ikan double tail untuk mengikan gen seluruh anaknya menjadi jenis double tail seperti orang tuannya. yang selebihnya menjadi ikan singgle tail atau setengah double tail, tetapi tetap anakan ikan tersebut mempunyai gen double tail, dan ketika nanti dikawinkan ketika ikan dewasa atau cukup umur kemungkinan akan menghasilkan ikan doble tail juga walau jumlahnya tidak terlalu banyak. kalau menurut teorinya seharusnya ikan double tail yang dikawinkan dengan sesamanya akan menghasilkan ikan yang sejenis tetapi untuk saat ini sepertinya belum. hal ini belum bisa di samakan seperti ikan jenis serit & half moon.
Untuk di Indonesia ikan jenis double tail belum terlalu banyak di ternakan karena faktor keberhasilan memperoleh double tail yang sempurna sangat kecil. ynag membuat para pecinta ikan cupang double tail masih kesulitan untuk mendapatkan ikan cupang jenis ini dengan kwalitas yang baik. untuk dipelihara maupun untuk kontes ikan cupang. tidak semua ikan cupang menyediakan kelas double tail karena faktor masih sedikitnya ikan jenis ini.
Sejarah Ikan Cupang Giant (Raksasa)
Ikan Cupang Giant atau raksasa adalah ikan cupang yang berukuran lebih dari normal, hingga mencapai +/-12 cm. Cupang raksasa ini terlihat sangat besar dengan bentuk tubuh yang tebal. Karena besarnya, terlihat cupang ini tidak seaktif cupang normal, namun tetap memiliki keagresivitasan sebagaimana layaknya cupang. Insang terbuka dengan gerakan siap menyerang selalu diperlihatkan ketika bertemu musuhnya. Sirip akan dinaikin seakan memperlihatkan kemarahannya. Keindahan cupang hias masih terlihat namun untuk cupang raksasa jenis halfmoon dan serit belum didapat bentuk sirip yang sekokoh cupang halfmoon dan serit yang normal.
Penemunya yang pertamakali adalah Mr. Athapon (Uncle Sala) dan anaknya Mr. Natee, peternak Thai pemilik Diamond Fish Farm yang pertama kali mengembangbiakan cupang raksasa pada tahun 1999. Mereka mendapatkan seekor cupang plakat yang memiliki panjang 4 inchi (10 cm) dikolam mereka dan memiliki ide untuk mengembangkan cupang tersebut. Mereka mencari indukan betina yang besar dari sekitar 300 an kolam mereka untuk pasangan si cupang plakat raksasa yang mereka miliki. Dengan tidak pantang menyerah mereka mengawin silangkan cupang raksasa tersebut sehingga dicapai ukuran dan bentuk yang dikehendaki. Pada tahun 2001 Uncle Sala mulai memasarkan cupang raksasanya dan menamakannya Giant Betta. Setahun kemudian dikirimnya giant betta ini mengikuti kontes cupang internasional IBC di Amerika Serikat. Ketika itu harga seekor giant betta ditawarkan di Aquabid seharga US$ 1000 dan terjual.
Pada awalnya untuk mencapai ukuran 3 inchi (7.5 cm) dibutuhkan waktu 8-9 bulan namun sekarang untuk mencapai ukuran yang sama dapat dicapai hanya dalam waktu 5 bulan saja. Sementara sirip dan warna sudah berkembang semakin bervariasi sehingga didapat giant halfmoon, giant double tail, giant serit. Ukuran terbesar yang dapat ditemukan adalah 5 inchi (12.5 cm) pada giant berumur lebih dari 1 tahun.
BETTA ALBIMARGINATA
Ikan Cupang ini termasuk jenis ikan cupang liar atau cupang alam. Di Asia tenggara juga termasuk Indonesia mepunyai jenis ikan baru yaitu Betta Albimarginata. Cupang jenis ini ditemukan sejak tahun 1993 oleh Maurice Kottelat di Kalimantan Timur. Albimarginata berarti bertepi putih, karean warna sirip, ekor & bawah berwarna putih. bahkan sirip dan dasinya pun berujung putih. ukurannya hanya berkisar 5 cm, (2 inci) dan ikan ini termasuk yang terkecil di antara jenis ikan cupang yang kita kenal.
Betta Albinamarginata merupakan jenis mouthbreeder atau ikan yang mengerami telurnya dalam mulutnya sampai menetas & mengelurkan anak-anak mereka pada waktunya. Pejantan Betta Albimarginata megerami telurnya dan anaknya dalam mulutnya selama 12 hari pada suhu 26-27 derajat celcius. jenis ini juga di tangkap oleh Dickman, Knorr & Gram di aliran sungai Sembuak selebar 2 meter, di kota Malinau sekitar 1996 yang letaknya kira-kira 100 km dari tempat Kottelat menangkap spesimennnya.
Menurut Kottelat Betta Albimarginata sangat mirip dengan Betta Channoides sehingga cukup membingungkan. tetapi beruyak keduannya berbeda sama sekali. beruyak Betta Albimarginata berwarna hitam dan berukuran 5 mm, sedangkan beruyak Betta Channoides berwarna terang seperti beruyak guppy. Betta Marginatata ditemukan di perairan dangkal diantara akar-akar tumbuhan, dengan pH 5,5 temperatur 27 derajat celcius, dan kesadahan 3 dH.

sumber  :coepang_koe@yahoo.com

Kamis, 25 April 2013

PENYAKIT IKAN MAS DAN PENANGANANNYA

Ikan mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan 2 jenis ikan air tawar yang menjadi primadona kegiatan budidaya ikan air tawar di Sulawesi Utara. Teknik pembudidayaannya relatif mudah, tapi sering para petani ikan diperhadapkan pada masalah kematian ikan yang disebabkan oleh penyakit. Sementara pengetahuan mereka dalam hal diagnosa (pengenalan), penanggulangan/pengendalian penyakit tersebut masih sangat terbatas. Menurut definisinya penyakit diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang abnormal dari tubuh atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang membedakannya dengan keadaan normal (Manoppo, 1995). Menurut Afrianto dan Liviawaty (1992) penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Gangguan ini dapat disebabkan oleh organisme lain (pengganggu), pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang mendukung kehidupan ikan. Terdapat banyak faktor yang menentukan seekor ikan menjadi sakit. Faktor utamanya adalah Host (organisme peliharaan/inang), Pathogen (microba, parasit) dan Environment (lingkungan menyangkut fisik, kimia atau tingkah laku seperti stress). Penyakit non parasiter yaitu penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan berdasarkan faktor penyebabnya yaitu lingkungan (dalam hal ini air sebagai media hidup, parameter-parametenya yaitu suhu, pH, oksigen terlarut, senyawa beracun, kekeruhan/kecerahan air, salinitas) dan pakan. Penyakit-penyakit parasiter yang menyerang ikan mas dan nila umumnya disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa dan cacing.

Kata Kunci : penyakit, ikan mas, ikan nila, inang, parasit, lingkungan

PENYAKIT NON PARASITER

Penyakit non parasiter yaitu penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat dikelompokkan berdasarkan faktor penyebabnya yaitu lingkungan (dalam hal ini air sebagai media hidup) dan pakan.
a. Lingkungan/Kualitas Air
Perlu diingat bahwa kualitas air memegang peranan penting dalam kegiatan budidaya khususnya dan perikanan pada umumnya . Pada peranan alami kualitas air mempengaruhi seluruh komunitas perairan (bakteri, tanaman, ikan, zooplankton dsb) (Zonneveld,dkk.,1994). Beberapa kondisi lingkungan yang menyebabkan kematian ikan adalah:
- Perubahan suhu air secara mendadak
- pH air yang terlalu rendah atau sangat tinggi
- Kurangnya oksigen terlarut dalam air.
- Meningkatnya senyawa-senyawa beracun seperti H2S (gas metan), karbondioksida, ammoniak, adanya polusi pestisida, limbah industri dan rumah tangga.
- Kekeruhan air meningkat/ kecerahan air menurun (Djarijah, 1995).

Adapun kriteria dasar mengenai kualitas air untuk ikan mas dan ikan nila adalah sebagai berikut:


Sumber : Zonneveld, dkk.(1994); Djarijah (1995); Suyanto (1994); Shokita (1991).

Untuk suhu, pH dan salinitas bagi ikan nila yang dipelihara dalam tambak berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Z.Mantau diperoleh kisaran suhu 25 - 27oC, pH 7.8 - 8.4 dan salinitas 17 ppt - 40 ppt, ketiga parameter ini diukur setiap pagi, siang dan malam hari selama 3 bulan pemeliharaan (Mantau, 1997). Dimana hal ini tidak jauh berbeda atau masih sesuai dengan beberapa teori yang dikemukakan misalnya Shokita (1991) menyatakan bahwa suhu optimal untuk sintasan ikan nila adalah 27-32oC, salinitas untuk ikan nila mulai dari 0 ppt - 35 ppt (Suyanto, 1994), sedangkan pH optimal untuk sintasan ikan nila antara 7.5 - 8.5 (Poernomo, 1989). Dan jika pun diperoleh nilai yang melebihi dari teori tersebut, maka hal itu merupakan spesifikasi dari lokasi penelitian.
Deplesi/kekurangan oksigen merupakan salah satu faktor lingkungan yang sering menyebabkan kematian ikan terutama di kolam yang banyak mengandung bahan organik. Secara tidak langsung kekurangan oksigen menyebabkan ikan stress sehingga daya tahan tubuh menurun yang berakibat ikan tersebut mudah diserang organisme pathogen. Faktor utama yang mempengaruhi konsentrasi oksigen dalam kolam adalah fotosintesis, respirasi dan difusi oksigen dari udara ke dalam air. Suhu juga memegang peranan penting dalam ketersediaan oksigen dalam air. Dimana peningkatan suhu air akan menurunkan kemampuan air untuk mengikat oksigen (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Variasi suhu air lebih kecil dan lebih lambat terjadinya bila dibandingkan dengan variasi suhu udara. Hal ini menyebabkan organisme akuatik seringkali kurang dapat mentoleransi perubahan-perubahan suhu (Stenothermal). Akibatnya pencemaran termal yang ringanpun akan dapat berakibat luas.
Pertumbuhan embrio ikan mas pada suhu 30oC mengalami penurunan setengah kali dibanding pada suhu 20oC (Tamanampo, 1994). Selanjutnya dikemukakan bahwa nafsu makan ikan mas nyata menurun apabila suhu air meningkat. Dari pengamatan di lapangan ditemukan bahwa ikan mas yang dipijahkan di kolam secara alami, baru memijah setelah suhu airnya berkisar 20 - 22oC (Wardoyo dalamTamanampo, 1994). EIFAC dalam Tamanampo (1994) mengemukakan bahwa ikan mas yang dipelihara pada suhu 24 - 26oC akan segera mati bila dipindahkan ke dalam perairan bersuhu 38,2oC secara tiba-tiba tanpa aklimatisasi. Dan kalaupun dapat hidup setelah diaklimatisasi, ikan tersebut akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya dan daya makannya. Selanjutnya Klein dalam Tamanampo (1994) menyatakan bahwa daya racun Potasium Sianida terhadap ikan air tawar adalah dua kali lipat apabila suhu airnya meningkat 10oC.


PENYAKIT PARASITER

Penyakit-penyakit parasiter yang menyerang ikan mas dan nila umumnya disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa dan cacing.
a. Virus Penyebab Penyakit
Ephithelioma papulasum merupakan virus yang sering menyerang ikan mas (C. carpio), ikan mas koki (Carassius auratus) dan beberapa jenis ikan hias air tawar. Serangan virus ini mengakibatkan penyakit cacar, dimana pada tubuh ikan timbul bercak-bercak putih seperti susu yang perlahan-lahan membentuk lapisan lebar mirip kaca atau lemak dengan ketebalan antara 1 - 2 mm (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Aktivitas serangan virus bersifat akut (mematikan), menghasilkan kerusakan jaringan cukup luas dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Infeksi virus sering dilanjutkan dengan infeksi sekunder oleh bakteri ataupun didahului oleh infeksi sekunder oleh organisme parasit misalnya Argulus (kutu ikan), Lernea dan lain-lain.
Adapun pengobatan yang dapat dilakukan untuk serangan virus ini dengan menggunakan Arsenik yang dilarutkan dalam Senyawa Arycil. Cara pengobatannya dengan menyuntik pada bagian perut ikan. Penyuntikan I menggunakan 1 ml larutan Arsenik 1% dan diikuti 3 kali penyuntikan dengan larutan Arsenik 5 %.
b. Bakteri Penyebab Penyakit
Berdasarkan reaksi sel bakteri terhadap pewarnaan warna gram, maka bakteri dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu bakteri gram positif (terlihat berwarna biru) dan bakteri gram negatif (berwarna pink atau merah). Kebanyakan bakteri pathogen ikan termasuk golongan gram negatif, seperti Aeromonas sp., Pseudomonas sp., Flexibacter sp. dan Vibrio sp. Diman bakteri-bakteri ini hampir selalu ditemukan dan hidup di air kolam, di permukaan tubuh ikan dan pada organ-organ tubuh bagian dalam ikan. Pencegahan infeksi bakteri ini terletak pada pengelolaan kualitas air yang baik sehingga ikan terhindar dari stress.
Umumnya ikan mas dan ikan nila sering terserang bakteri Aeromonas hydrophilla, A.salmonicida, dan Pseudomonas flourescens. Adapun penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau sering juga disebut Hemorrhage Septicemia. Penularannya melalui air, kontak badan, peralatan yang tercemari bakteri ini. Ikan-ikan yang terserang bakteri ini memperlihatkan gejala-gejala:
- Warna tubuh menjadi agak gelap
- Kulit kasat dan timbul pendarahan yang akan menjadi borok (hemorrhage)
- Kemampuan renang menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena insangnya rusak sehingga sulit bernafas.
-
- Sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati, ginjal, limpa seringpula terlihat perut agak kembung/bengkak
- Jika telah parah keseluruhan sirip rusak dan insangnya berwarna keputih-putihan
- Mata rusak dan agak menonjol (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Pengendaliannya menggunakan antibiotik melalui penyuntikan, perendaman atau dicampur dalam pakan. Antibiotik Chloramphenicol, Oxytetracyclin dan Streptomycin dapat digunakan untuk memberantas bakteri ini. Dengan melarutkan sebuah kapsul antibiotik (250 mg) ke dalam 0.5 m3 air tawar, ikan yang terserang kemudian direndam selama 2 jam. Pengobatan ini dapat diulang sebanyak 2 - 5 kali sampai ikan sembuh.
Selain penggunaan antibiotik-antibiotik dalam penanggulangan penyakit khususnya yang disebabkan oleh Aeromonas, dewasa ini telah banyak dikembangkan penggunaan imunostimulan untuk merangsang produksi antibodi ikan secara alami melalui perangsangan pada sel-sel fagosit ikan. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Rukyani, dkk. dari PUSLITBANGKAN yang menggunakan imunostimulan b-Glucan dengan ikan uji ikan lele yang telah diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilla. b-Glucan merupakan salah satu imunostimulan yang terbuat dari dinding sel cendawan Saccharomyces cerevisiae yang telah terbukti mampu merangsang dan mengaktifkan pertahanan non-spesifik pada berbagai organisme tingkat tinggi. Imunostimulan ini mampu memperbesar kerja sel-sel fagosit yang merupakan sel-sel penghasil antibodi non-spesifik. Dari penelitian tersebut diperoleh bahwa dengan penambahan 750 mg b-Glucan dalam 1 kg pakan mampu meningkatkan produksi leukosit dan antibodi ikan sehingga sintasan meningkat sampai 83.33 %, padahal biasanya akibat serangan virus ini sintasan ikan yang terinfeksi kurang dari 25% (Rukyani, dkk.,1997).
Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh R.Mangindaan dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat yang meneliti tentang Peranan b-Glucan terhadap Peningkatan Aktivitas Sel-Sel Fagosit pada Ikan Mas, menemukan terjadinya aktivitas fagositosis terhadap bakteri Aeromonas hydrophilla sebanyak 1.6 - 2.2 kali setelah penginjeksian glucan lentinan, schizophyllan dan scleroglucan. Ini berarti terjadi aktivitas secara alamiah (perlawanan/pengaktifan) terhadap gangguan organisme pathogen oleh sel-sel fagosit ikan mas (Mangindaan, 1993).
Dapat diprediksikan bahwa penggunaan b-Glucan ini dapat pula diaplikasikan pada ikan yang terserang Pseudomonas flourescens sebab bakteri jenis ini pun dapat menyebabkan penyakit Hemorrhage Septicemia. Dimana aktivitas bakteri ini dapat menyebabkan anemia dan kematian masal pada ikan.
c. Jamur Penyebab Penyakit
Jamur adalah mikroorganisme yang sering terlihat seperti benang yang tumbuh di bagian dalam atau luar tubuh ikan. Ada beberapa organisme jamur yang sering menimbulkan penyakit pada ikan mas dan nila, yaitu Saprolegnea sp. yang menyebabkan penyakit Saprolegniasis, Achlya sp., Branchiomyces sp. Tapi yang paling akut dan ditakuti adalah Saprolegnea sp. dan Branchiomyces sp, sebab Saprolegnea sp. selain menyerang organisme dewasa juga menyerang telur-telur ikan. Sedangkan Branchiomyces sp. dapat menyebabkan kematian masal pada ikan budidaya.
Jamur Saprolegnea sp. menyerang ikan disebabkan adanya infeksi sekunder oleh organisme lain misalnya bakteri atau copepoda. Selain adanya luka juga juga dikarenakan suhu air menurun sehingga ikan stress. Pada ikan yang terinfeksi akan terlihat adanya sekumpulan hypa (benang-benang halus menyerupai kapas). Biasanya hypa ditemukan di bagian kepala, tutup insang dan sekitar sirip. Ikan-ikan ini biasanya menjadi kurus karena daya makan menurun dan sering menggosok-gosokan tubuhnya pada benda-benda lain.
Pengendalian jamur ini dapat dilakukan dengan merendam ikan terinfeksi ke dalam larutan Malachite Green atau Methylene Blue 1 ppm selama 1 jam. Atau untuk pencegahan dengan merendam telur-telur ikan ke dalam larutan malachite green 1 : 15000 selama 30 detik. Atau menggunakan antiseptik Betadine sebanyak 1% dengan merendam telur-telur tersebut selama 10 menit.
Branchiomyces sp. merupakan jamur yang sangat berbahaya bagi ikan, terdiri dari 2 spesies yaitu B. sanguinis terdapat di saluran darah insang dan B. demigrans ditemukan di luar saluran darah dan sering menyebabkan nekrosis di sekitar jaringan. Penyakit yang ditimbulkannya disebut Branchiomycosis atau busuk ikan yang sering diikuti kematian masal. Pengendalian penyakit ini belum banyak diketahui. Hanya saja untuk pencegahan sebaiknya menjaga kebersihan kolam atau penebaran kapur sebanyak 150 - 200 kg/ha.
d. Protozoa Penyebab Penyakit
Protozoa yang sering menyerang ikan masa adalah Icthyopthirius multifilis, Myxobulus sp., Tricodina sp. Sedang pada ikan nila umumnya I.multifilis, Tricodina sp, Tricodinella sp. dan Epistylis sp. (Afrianto dan Liviawaty, 1992; Djarijah, 1995).
Akibat serangan I. multifilis pada tubuh ikan banyak dijumpai bintik-bintik putih sehingga penyakit ini disebut White spot. Serangan protozoa ini umumnya terjadi pada musim hujan dengan suhu berkisar 20 - 24oC. Ikan yang terserang akan kehilangan fungsi insang sehingga mengganggu respirasi. Selain itu ikan menjadi malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air.
Pencegahan terhadap penyakit ini adalah dengan melakukan sirkulasi/penggantian air secara teratur serta pemberian pakan yang cukup dan bergizi. Pengobatannya ada beberapa cara yaitu:
- Merendam ikan terinfeksi ke dalam larutan garam dapur berkadar 0.1 - 0.3 ppm selama 5 - 10 menit.
- Menggunakan Methylene blue. Larutkan 2 - 4 cc larutan methylene blue ke dalam 4 liter air dan rendamlah ikan selama 24 jam. Kemudian dapat diulang sampai 5 kali dengan tiap kali perendaman menggunakan larutan methylene blue yang baru.
- Perendaman dalam larutan malachite green 0.15 ppm selama 3 hari berturut-turut.
- Perendaman dalam larutan formalin 200 - 250 ppm atau sebanyak 15 ppm yang ditebar di kolam (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Protozoa selanjutnya yang menyerang ikan mas dan nila adalah Tricodina sp. Protozoa ini berbentuk genta, bagian depan berbentuk lingkaran dikelilingi cillia berukuran 120 m. Penyakitnya disebut Trichodiniasis (Afrianto dan Liviawati 1992; Djarijah, 1995). Ikan yang terserang penyakit ini nampak berbintik-bintik putih terutama di kepala dan punggung. Nafsu makan hilang, produksi lendir bertambah banyak, pada tubuh bagian luar sering dijumpai pendarahan. Pencegahannya dengan melakukan pengelolaan air secara baik dan pemberian pakan yang cukup. Pengobatannya dengan merendam ikan yang terserang ke dalam larutan garam 30 ppm, larutan formalin 15 ppm.
Myxobulus sp. merupakan protozoa yang banyak menyerang ikan mas. Penyakitnya disebut Myxosporeasis. Ciri-ciri ikan yang terserang adalah timbulnya bintil berwarna kemerah-merahan. Bintil ini merupakan kumpulan dari ribuan spora. Penyakit ini sangat berbahaya sebab dapat membawa kematian sampai 80% (Afrianto dan Liviawaty, 1992). Pengobatannya belum banyak duiketahui. Pencegahannya dengan pengapuran sebanyak 25 kg/ha. Sedang ikan yang terserang sebaiknya dimusnahkan dengan cara mengubur atau membakarnya.
Tricodinella sp. yang menyerang ikan nila berbentuk seperti susunan gerigi berukuran 15 m. Pada tubuh ikan yang terinfeksi, protozoa ini terlihat berwarna putih atau abu-abu. Pada infeksi berat, ikan terlihat megap=megap di permukaan air. Faktor kualitas air sangat menentukan frekuensi serangan protozoa ini. Pengendalian terhadap penyakit ini adalah dengan pemberian pakan yang cukup baik jumlah dan gizinya. Protozoa lainnya yang menyerang ikan nila adalaj Epistylis (Djarijah, 1995). Protozoa ini memiliki tangkai dan mulut dilengkapi cillia yang berfungsi untuk menarik partikel makanan ke dalam mulutnya. Gejala-gejala ikan yang terserang adalah luka berdarah/pendarahan pada permukaan tubuh. Produksi lendir berlebihan di bagian-bagian tubuh tertentu. Pengendaliannya dengan melakukan sirkulasi dan penggantian air secara teratur dan pengeringan serta pengapuran kolam.


e. Cacing Penyebab Penyakit
Ada dua jenis cacing Klass Trematoda yang kerap kali menyerang ikan mas dan ikan nila serta ikan-ikan air tawar pada umumnya, yaitu Gyrodactylus sp. dan Dactylogyrus sp.
Gyrodactylus sp. biasanya menyerang ikan pada bagian kulit dan sirip sedang Dactylogyrus sp. lebih suka menyerang insang. Cacing-cacing parasit ini akan menyerang ikan pada tingkat pemeliharaan yang cukup padat. Ciri-ciri yang ditimbulkan akibat serangan parasit ini adalah:
- Ikan megap-megap di permukaan air
- Infeksi yang cukp parah dan diikuti oleh infeksi bakteri yang dapat menyebabkan bakterial sistemik yang hebat pada bagian tubuh yang terinfeksi.
Pengobatannya dengan jalan perendam,an ikan pada larutan ammonium 1 ppm selama 5 - 15 menit dan larutan methylene blue (1 gram/cm3 air). Selain itu dapat pula direndam dalam larutan PK 4 - 5 mg/liter.

Senin, 22 April 2013

Penyakit yang biasa muncul pada ikan lele

Pada kondisi perairan yang kurang terkontrol dan saat pertahanan didalam tubuh ikan sedang buruk atau lemah, penyakit ikan dapat dengan mudah menginfeksi ikan-ikan yang dipelihara. Penyakit ikan yang paling sering menyerang ikan lele adalah dari golongan bakteri dan parasit.
Bakteri menurut Satyanegara (2009) adalah mikroorganisme dengan struktur intraseluler yang sederhana bentuknya berbeda menurut genusnya. Ciri-ciri bakteri tersebut adalah dapat tumbuh berkembangbiak dalam kelompok, berbentuk rantai dan benang, memiliki koloni yang berwarna dan berkilau, atau tidak. Metabolismenya aerob atau anaerob.
Aeromonas, sp. dan Pseudomonas, sp. Adalah contoh bakteri yang sering ditemukan menginfeksi ikan lele. Gejala yang menunjukkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini adalah nafsu makan berkurang, ikan cenderung tidak aktif, berenang tidak wajar, insang rusak, kadang-kadang terdapat bintik-bintik putih, berwarna pucat, akhirnya membusuk dan geripis. Selain itu juga ikan akan megap-megap seperti kesulitan bernafas.
Menurut Sarono (1993), Aeromonas, sp. Merupakan bakteri patogen penyebab penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS), terutama untuk spesialis ikan air tawar di daerah tropis. Ikan yang terinfeksi bakteri ini akan memperlihatkan kebiasaan yang tidak normal yaitu berenang lambat, megap-megap dipermukaan kolam, atau berdiam diri didekat dasar kolam.
Selain bakteri, parasit juga sering ditemukan mengifeksi ikan lele. Parasit yang menyerang ikan ada 2 macam, yaitu parasit yang menginfeksi bagian luar tubuh ikan (ektoparasit) dan parasit yang menginfeksi bagian dalam tubuh ikan (endoparasit). Keduanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan ikan. Beberapa parasit yang sering menyebabkan kematian pada ikan diantaranya adalah Ichtyophtirius, Dactylogyrus, dan Trichodina.
Parasit adalah hewan atau tumbuhan yang hidup atas pengorbanan dari induk semangnya (hewan atau tumbuhan lain). Jadi parasit itu hidup dengan satu yaitu menyakiti induk semangnya. (Alifudin, 1996)
Ikan lele yang terserang parasit Ichtyophtirius ditandai dengan adanya bintik-bintik putih di permukaan tubuhnya yang biasa disebut dengan penyakit white spot. Pada infeksi yang belum begitu parah, ikan terlihat sering menggesekkan tubuhnya pada benda-benda yang ada di kolam. Namun pada tingkat infeksi yang parah, ikan akan tergeletak di dasar kolam maupun akuarium yang disertai dengan pendarahan pada bagian sirip dan produksi lendir berlebih.
Infeksi parasit Ichtyophtirius menyebabkan perubahan-perubahan di sekeliling jaringan kulit dan membentuk suatu rongga yang dikelilingi oleh parasit. Sel-sel epitel yang berdekatan dengan parasit menjadi rusak. Pembuluh-pembuluh darah yang terkena menjadi berdilatasi dan jaringan-jaringan disekitarnya terinfiltrasi oleh sel-sel darah. (Taufik, 1990)
Trichodina juga merupakan parasit yang cukup berbahaya bagi ikan lele. Parasit ini biasa menyerang bagian eksternal organ kulit, sirip, serta insang pada ikan air tawar maupun laut. Pada umumnya ikan yang terserang parasit ini akan mengalami sirip yang patah atau luka, tidak nafsu makan hingga ikan menjadi lemah dan kemudian mati.
Menurut Alifudin (1996), Trichodina merupakan parasit protozoa. Spesies ini memiliki rambut getar (cilia). Penularannya melalui kontak langsung dengan organisme dalam air. Penularan akan terjadi dengan cepat apabila kepadatan populasi cukup tinggi. Parasit Trichodina akan berkembang pesat pada perairan yang tenang dan pada kolam yang dangkal.
Jenis parasit yang terakhir akan dibahas pada makalah ini adalah Dactylogyrus. Parasit ini termasuk kedalam golongan cacing. Ikan yang terserang parasit ini akan menunjukkan gejala pernafasan yang tidak teratur, ikan menjadi kurus, sering melompat ke permukaan air, dan kerusakan berat pada insang.
Parasit Dactylogyrus mempunyai bentuk tubuh yang pipih. Serangan parasit ini dapat mengakibatkan produksi lendir yang berlebih, insang pucat, operculum terbuka, berenang tidak normal, dan kandungan sel darah putih berlebih. (Trimariani, 1990)
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan agar ikan lele yang dipelihara terhindar dari serangan penyakit adalah seagai berikut:
1. Pemberian pakan yang teratur
2. Mengganti air kolam jika sudah keruh atau kotor
3. Melakukan pemisahan antara ikan lele yang baik dengan yang kurang baik atau kurang sehat
4. Kolam yang telah terinfeksi penyakit harus segera dilakukan pengeringan.

Minggu, 21 April 2013

BIOLOGIS IKAN MAS

Ikan mas termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum, badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (Compresed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal), dan dapat di sembulka, di bagian mulut di hiasi dua pasang sungut, yang kadang-kadang satu pasang di antaranya kurang sempurna dan warna badan sangat beragam (Susanto,2007).
Ikan mas dapat di klasifikasikan secara taksonomi (Susanto, 2007) sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Species : (Cyprinus carpio L )
Tubuh ikan mas digolongkan (3) tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan keseimbangan yang tampak dari luar (Cahyono, 2000). Jaringan tulang atau tulang rawan yang disebut jari-jari. Sirip-sirip ikan ada yang berpasangan dan ada yang tunggal, sirip yang tunggal merupakan anggota gerak yang bebas. Selain itu system alat pencernaan ikan mas secara umum terdiri atas saluran pencernaan berturut-turut dari mulut hingga ke anus sebagai berikut:
1. Rongga mulut, di dalam rongga terdadat sebagai berikut
a. Lidah yang melekat pada dasar mulut dan tidak dapat di gerakan
b. Kelenjar-kelenjar lendir, tetapi tidak terdapat kelenjar ludah.
c. Rahang dengan gigi-gigi kecil berbentuk kerucut.
2. Faring, yaitu pangkal tenggorokan yang tempatnya yang sesuai dengan tempat insang.
3. Kerongkongan yaitu kelanjutan faring yang terletak di belakang insang.
4. Lambung yaitu kelanjutan kerongkongan yang merupakan pembesaran dari usus.
5. Ususnya panjang dan berliku-liku pada saluran pencernaan terdapat beberapa kelenjar pencernaan, antara lain:
a) Hati, terletak di bagian muka rongga badan meluas mengelilingi usus.
b) Pangkereas terletak dibagian lambung dan usus.
c) Jantung, terletak di dalam rongga tubuh yang dibatasi dekat daerah insang dan di bungkus oleh selaput.
Disamping alat-alat yang terdapat dalam, rongga peritoneum dan pericardium, gelembung renang, ginjal, dan alat reproduksi pada sistem pernapasan ikan umumnya berupa insang (Bactiar,2002)
Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m diatas permukaan laut, dengan suhu 20 oC-25 oC pH air antara 7-8 (Herlina,2002). Diantara jenis ikan Mas itu sendiri jika di amati lebih lanjut ada perbedaan dari segi sisik, bentuk badan, sirip mata dan perbedaan ini menunjukkan adanya perbedaan ras pda jenis ikan air tawar. Ras-ras yang ada pada ikan mas antara lain:
1. Punten: Warna sisik hijau gelap, mata menonjol, gerakan lamban dan jinak punggung lebar dan tinggi, ikan ini mempunyai panjang dan relatif pendek di bandingkan ikan mas lainya.
2. Sinyonya: Warna sisik kuning muda, badan relative panjang, mata tidak begitu menonjol dan normal pada usia yang masih muda, sedang yang sudah tua sipit, yag masih muda gerakannya jinak dan suka berkumpul pada permukaan air, perbandingan panjang dan terhadap tinggi badan antara 3,66:1.
3. Majalaya: Warna sisik hijau keabu-abuan, dengan tepi sisik lebih gelap kearah punggung badan relative pendek, punggung tinggi (membungkuk) dengan perbandingan panjang dan tinggi badan 3,20:1 dan gerakan jinak.
4. Kumpai: Warnanya bermacam-macam, tanda yang khasnya adalah siripnya panjang dan gerakannya lambat
5. Kancra Domas: Sisik kecil-kecil, bagian atas hijau kehitaman dan ada bagian titik yang mengkilap, bagian bawah sebatas garis badan berwarna putih.
6. Fancy Carp (Koi): Warna beraneka ragam, gerakan lamban dan jinak, badan relatif pendek dan tinggi.
Ikan ini merupakan ikan pemakan organisme hewan kecil atau renik ataupun tumbuh-tumbuhan (omnivore). Kolam yang di bangun dari tanah banyak mengandung pakan alami,ikan ini mengaduk Lumpur,memangsa larva insekta,cacing-cacing mollusca (Djarijah,2001).
Cahyono (2000) menyatakan, jenis makan dan tambahan yang biasa di berikan pada ikan mas adalah bungkil kelapa atau bungkil kacang, sisa rumah pemotongan hewan, sampah rumah tangga dan lain-lain, sedangkan untuk makanan buatan biasanya di berikan berupa crumble dan pellet.

DAFTAR PUSTAKA


Afrianto, I. dan Liviawati, E. (1998) Beberapa Metode Budidaya Ikan. Yogyakarta : Kanisesis (Anggota IKAPI).

Bachtiar, Y. 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Perkarangan. Agromedia Pustaka. Jakarta
Cahyono, B. 2002. Budidadaya Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta 10-14 hal
Djarijah, A. S. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta, 30-34 hal
Herlina, 2002. Pembesaran Ikan Mas di Kolam Air Tawar. Agromedia Pustaka. Jakarta. 12-17 hal
Hernowo, D. 2003. Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta
Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P, AgroMedia Pustaka,
Murtidjo, B.A. 2001. Beberapa Metode Pemijahan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta, 22-24 hal
Santoso, B. 2001 Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta. 27-29 ha
Sutarmanto, R. 2001. Pembenihan Ikan Air Tawar Kanisius. Yogyakarta, 6-7 hal
Sutisna, D. H. 2005. Pembenihan Ikan Air Tawar Kanisius. Yogyakarta, 8-9 hal
Rochdianto, A. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta. 72-80 hal

BUDIDAYA IKAN MAS

Usaha Pembibitan Ikan Mas untuk budidaya ikan mas
Dalam Budidaya Ikan mas pembibitan ikan menjadi step pertama pertumbuhan ikan. Peluang usaha pembibitan mas memiliki prospek yang cukup cerah, karena perputaran modal yang cukup cepat. Penyediaan bibit ikan mas dimulai dari burayak ikan mas baru saja menetas, burayak usia sekitar satu bulan, burayak usia dua bulan. Pada setiap usia ikan mas memiliki potensi ekonomi dan inilah yang menjadikannya sebagai peluang usaha.
Persiapan induk Ikan Mas
Induk ikan mas yang akan dipijahkan dipelihara di kolam khusus secara terpisah antara jantan dan betina. Pakan yang diberikan berupa pellet dengan kandungan protein 25%. Dosis pemberian pakan Ikan mas sebanyak 3% per bobot biomas per hari. Pakan tersebut diberikan 3 kali/hari. Ikan Mas betina yang diseleksi sudah dapat dipijahkan setelah berumur 1,5 – 2 tahun dengan bobot >2 kg. Sedangkan induk jantan berumur 8 bulan dengan bobot > 0,5 kg. Untuk membedakan jantan dan betina dapat dilakukan dengan jalan mengurut perut kearah ekor. Jika keluar cairan putih dari lubang kelamin, maka ikan mas tersebut jantan.
Berikut ini ciri-ciri ikan mas betina yang siap pijah atau matang gonad adalah:
- Pergerakan ikan lamban
- Pada malam hari sering meloncat-loncat
- Perut membesar/buncit ke arah belakang dan jika diraba terasa lunak
- Lubang anus agak membengkak/menonjol dan berwarna kemerahan
Sedangkan ciri-ciri untuk ikan mas  jantan gerakan lincah dan mengeluarkan cairan berwarna putih (sperma) dari lubang kelamin bila dipijit.
Pemijahan Ikan Mas
Dalam proses pemijahan ikan mas, ikan dirangsang dengan cara membuat lingkungan perairan menyerupai keadaan lingkungan perairan umum dimana ikan ini memijah secara alami atau dengan rangsangan hormon. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pemijahan ikan mas adalah :
- Mencuci dan mengeringkan wadah pemijahan (bak/kolam)
- Mengisi wadah pemijahan dengan air setinggi 75-100 cm
- Memasang hapa untuk mempermudah panen larva di bak atau di kolam dengan ukuran 4 x 3 x 1 meter. Hapa dilengkapi dengan pemberat agar tidak mengambang.
- Memasang kakaban di tempat pemihajan (dalam hapa). Kakaban dapat berupa ijuk yangdijepit bambu/papan dengan ukuran 1,5 x 0,4 m.
- Memasukkan induk Ikan Mas jantan dan betina siap pijah. Jumlah induk Ikan Mas betina yang dipijahkan tergantung pada kebutuhan benih  dan luas kolam yang akan digunakan dalam pendederan. Satu Induk Ikan Mas betina dipasangkan dengan 2 atau tiga ikan mas jantan atau bahkan lebih tergantung bobot indukan betina.
- Mengangkat induk yang memijah dan memindahkannnya ke kolam pemeliharaan induk .
Setelah telur berusia kurang lebih 4 hari maka telur ikan mas akan menetas menjadi larva , beberapa saat setelah menetas larva masih mendapatkan suplai makanan cadangan dari telur, setelah itu perlu diberi makanan tambahan berupa pelet untuk larva, kutu air atau kuning telur rebus. Setelah kurang lebih lima hari larva ikan mas  siap ditebar di kolam pembenihan.
Pendederan Ikan Mas
Setelah larva cukup kuat saatnya untuk melakukan pendederan ikan mas, bisasanya dilakukan pada kolam lumpur atau sawah meski bisa juga dilakukan pada kolam semen. Persiapan kolam tanah adalah dengan meratakan tanah dasarnya, tebarkan 10 – 15 karung kotoran ayam, isi air setinggi kurang lebih 40 cm dan rendam selama 5 hari tanpa aliran air. Hal ini dimaksudkan agar plankton dan sumber makanan alami ikan mas tumbuh di kolam pendederan. Untuk ukuran kolam lumpur 100 m2 tebar 100.000 ekor larva pada pagi hari, berikan makanan tambahan berupa tepung pelet atau pelet yang telah direndam. Pada usia telah mencapai 3 minggu bibit ikan mas siap dipanen, untuk dijual atau dipelihara kembali pada kolam berbeda.  Hal yang sama dilakukan untuk membesarkan benih ikan mas pada ukuran yang lebih besar, hanya saja kepadatan ikan perlu dikurangi.
budidaya ikan mas

Pemilihan Lokasi Budidaya Ikan Mas

Dalam budidaya ikan mas, perlu diperhatikan persyaratan lokasi yang baik agar budidaya ikan mas berhasil.
  • Perlu diketahui tanah yang baik untuk kolam budidaya ikan mas adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Hal ini disebabkan karena jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
  • Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl. Ini berarti ketingian tersebut sudah cukup baik untuk budidaya ikan mas.
  • Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam budidaya ikan mas berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
  • Kualitas air memegang peranan yang sangat penting dalam keberhasilan budidaya ikan mas. Untuk pemeliharaan ikan mas air yang digunakan harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
  • Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam untuk budidaya ikan mas dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
  • Keasaman air (pH) untuk budidaya ikan mas yang baik adalah antara 7-8.
  • Suhu air untuk budidaya ikan mas yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
Nah itu tadi adalah beberapa tips mengenai cara-cara pembibitan dan pemilihan lokasi untuk budidaya ikan mas, semoga dapat membantu anda.

Sumber:klik pintar.com