Ikan mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
merupakan 2 jenis ikan air tawar yang menjadi primadona kegiatan
budidaya ikan air tawar di Sulawesi Utara. Teknik pembudidayaannya
relatif mudah, tapi sering para petani ikan diperhadapkan pada masalah
kematian ikan yang disebabkan oleh penyakit. Sementara pengetahuan
mereka dalam hal diagnosa (pengenalan), penanggulangan/pengendalian
penyakit tersebut masih sangat terbatas. Menurut definisinya penyakit
diartikan sebagai suatu proses atau kondisi yang abnormal dari tubuh
atau bagian-bagian tubuh ikan yang mempunyai suatu karakteristik yang
membedakannya dengan keadaan normal (Manoppo, 1995). Menurut Afrianto
dan Liviawaty (1992) penyakit ikan adalah segala sesuatu yang dapat
menimbulkan gangguan pada ikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Gangguan ini dapat disebabkan oleh organisme lain
(pengganggu), pakan maupun kondisi lingkungan yang kurang mendukung
kehidupan ikan. Terdapat banyak faktor yang menentukan seekor ikan
menjadi sakit. Faktor utamanya adalah Host (organisme peliharaan/inang),
Pathogen (microba, parasit) dan Environment (lingkungan menyangkut
fisik, kimia atau tingkah laku seperti stress). Penyakit non parasiter
yaitu penyakit yang disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit.
Penyakit ini dapat dikelompokkan berdasarkan faktor penyebabnya yaitu
lingkungan (dalam hal ini air sebagai media hidup, parameter-parametenya
yaitu suhu, pH, oksigen terlarut, senyawa beracun, kekeruhan/kecerahan
air, salinitas) dan pakan. Penyakit-penyakit parasiter yang menyerang
ikan mas dan nila umumnya disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa dan cacing.
Kata Kunci : penyakit, ikan mas, ikan nila, inang, parasit, lingkungan
PENYAKIT NON PARASITER
Penyakit non parasiter yaitu penyakit yang
disebabkan bukan oleh hama maupun organisme parasit. Penyakit ini dapat
dikelompokkan berdasarkan faktor penyebabnya yaitu lingkungan (dalam
hal ini air sebagai media hidup) dan pakan.
a. Lingkungan/Kualitas Air
Perlu
diingat bahwa kualitas air memegang peranan penting dalam kegiatan
budidaya khususnya dan perikanan pada umumnya . Pada peranan alami
kualitas air mempengaruhi seluruh komunitas perairan (bakteri, tanaman,
ikan, zooplankton dsb) (Zonneveld,dkk.,1994). Beberapa kondisi
lingkungan yang menyebabkan kematian ikan adalah:
- Perubahan suhu air secara mendadak
- pH air yang terlalu rendah atau sangat tinggi
- Kurangnya oksigen terlarut dalam air.
-
Meningkatnya senyawa-senyawa beracun seperti H2S (gas metan),
karbondioksida, ammoniak, adanya polusi pestisida, limbah industri dan
rumah tangga.
- Kekeruhan air meningkat/ kecerahan air menurun (Djarijah, 1995).
Adapun kriteria dasar mengenai kualitas air untuk ikan mas dan ikan nila adalah sebagai berikut:
Sumber : Zonneveld, dkk.(1994); Djarijah (1995); Suyanto (1994); Shokita (1991).
Untuk
suhu, pH dan salinitas bagi ikan nila yang dipelihara dalam tambak
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Z.Mantau diperoleh kisaran
suhu 25 - 27oC, pH 7.8 - 8.4 dan salinitas 17 ppt - 40 ppt, ketiga
parameter ini diukur setiap pagi, siang dan malam hari selama 3 bulan
pemeliharaan (Mantau, 1997). Dimana hal ini tidak jauh berbeda atau
masih sesuai dengan beberapa teori yang dikemukakan misalnya Shokita
(1991) menyatakan bahwa suhu optimal untuk sintasan ikan nila adalah
27-32oC, salinitas untuk ikan nila mulai dari 0 ppt - 35 ppt (Suyanto,
1994), sedangkan pH optimal untuk sintasan ikan nila antara 7.5 - 8.5
(Poernomo, 1989). Dan jika pun diperoleh nilai yang melebihi dari teori
tersebut, maka hal itu merupakan spesifikasi dari lokasi penelitian.
Deplesi/kekurangan
oksigen merupakan salah satu faktor lingkungan yang sering menyebabkan
kematian ikan terutama di kolam yang banyak mengandung bahan organik.
Secara tidak langsung kekurangan oksigen menyebabkan ikan stress
sehingga daya tahan tubuh menurun yang berakibat ikan tersebut mudah
diserang organisme pathogen. Faktor utama yang mempengaruhi konsentrasi
oksigen dalam kolam adalah fotosintesis, respirasi dan difusi oksigen
dari udara ke dalam air. Suhu juga memegang peranan penting dalam
ketersediaan oksigen dalam air. Dimana peningkatan suhu air akan
menurunkan kemampuan air untuk mengikat oksigen (Afrianto dan Liviawaty,
1992).
Variasi suhu air lebih kecil dan lebih lambat terjadinya bila
dibandingkan dengan variasi suhu udara. Hal ini menyebabkan organisme
akuatik seringkali kurang dapat mentoleransi perubahan-perubahan suhu
(Stenothermal). Akibatnya pencemaran termal yang ringanpun akan dapat
berakibat luas.
Pertumbuhan embrio ikan mas pada suhu 30oC mengalami
penurunan setengah kali dibanding pada suhu 20oC (Tamanampo, 1994).
Selanjutnya dikemukakan bahwa nafsu makan ikan mas nyata menurun apabila
suhu air meningkat. Dari pengamatan di lapangan ditemukan bahwa ikan
mas yang dipijahkan di kolam secara alami, baru memijah setelah suhu
airnya berkisar 20 - 22oC (Wardoyo dalamTamanampo, 1994). EIFAC dalam
Tamanampo (1994) mengemukakan bahwa ikan mas yang dipelihara pada suhu
24 - 26oC akan segera mati bila dipindahkan ke dalam perairan bersuhu
38,2oC secara tiba-tiba tanpa aklimatisasi. Dan kalaupun dapat hidup
setelah diaklimatisasi, ikan tersebut akan mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya dan daya makannya. Selanjutnya Klein dalam Tamanampo
(1994) menyatakan bahwa daya racun Potasium Sianida terhadap ikan air
tawar adalah dua kali lipat apabila suhu airnya meningkat 10oC.
PENYAKIT PARASITER
Penyakit-penyakit parasiter yang menyerang ikan mas dan nila umumnya disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa dan cacing.
a. Virus Penyebab Penyakit
Ephithelioma
papulasum merupakan virus yang sering menyerang ikan mas (C. carpio),
ikan mas koki (Carassius auratus) dan beberapa jenis ikan hias air
tawar. Serangan virus ini mengakibatkan penyakit cacar, dimana pada
tubuh ikan timbul bercak-bercak putih seperti susu yang perlahan-lahan
membentuk lapisan lebar mirip kaca atau lemak dengan ketebalan antara 1 -
2 mm (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Aktivitas serangan virus
bersifat akut (mematikan), menghasilkan kerusakan jaringan cukup luas
dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Infeksi virus sering
dilanjutkan dengan infeksi sekunder oleh bakteri ataupun didahului oleh
infeksi sekunder oleh organisme parasit misalnya Argulus (kutu ikan),
Lernea dan lain-lain.
Adapun pengobatan yang dapat dilakukan untuk
serangan virus ini dengan menggunakan Arsenik yang dilarutkan dalam
Senyawa Arycil. Cara pengobatannya dengan menyuntik pada bagian perut
ikan. Penyuntikan I menggunakan 1 ml larutan Arsenik 1% dan diikuti 3
kali penyuntikan dengan larutan Arsenik 5 %.
b. Bakteri Penyebab Penyakit
Berdasarkan
reaksi sel bakteri terhadap pewarnaan warna gram, maka bakteri dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu bakteri gram positif (terlihat berwarna
biru) dan bakteri gram negatif (berwarna pink atau merah). Kebanyakan
bakteri pathogen ikan termasuk golongan gram negatif, seperti Aeromonas
sp., Pseudomonas sp., Flexibacter sp. dan Vibrio sp. Diman
bakteri-bakteri ini hampir selalu ditemukan dan hidup di air kolam, di
permukaan tubuh ikan dan pada organ-organ tubuh bagian dalam ikan.
Pencegahan infeksi bakteri ini terletak pada pengelolaan kualitas air
yang baik sehingga ikan terhindar dari stress.
Umumnya ikan mas dan
ikan nila sering terserang bakteri Aeromonas hydrophilla, A.salmonicida,
dan Pseudomonas flourescens. Adapun penyakit yang disebabkan oleh
bakteri Aeromonas disebut Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau sering
juga disebut Hemorrhage Septicemia. Penularannya melalui air, kontak
badan, peralatan yang tercemari bakteri ini. Ikan-ikan yang terserang
bakteri ini memperlihatkan gejala-gejala:
- Warna tubuh menjadi agak gelap
- Kulit kasat dan timbul pendarahan yang akan menjadi borok (hemorrhage)
- Kemampuan renang menurun dan sering megap-megap di permukaan air karena insangnya rusak sehingga sulit bernafas.
-
- Sering terjadi pendarahan pada organ bagian dalam seperti hati, ginjal, limpa seringpula terlihat perut agak kembung/bengkak
- Jika telah parah keseluruhan sirip rusak dan insangnya berwarna keputih-putihan
- Mata rusak dan agak menonjol (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Pengendaliannya
menggunakan antibiotik melalui penyuntikan, perendaman atau dicampur
dalam pakan. Antibiotik Chloramphenicol, Oxytetracyclin dan Streptomycin
dapat digunakan untuk memberantas bakteri ini. Dengan melarutkan sebuah
kapsul antibiotik (250 mg) ke dalam 0.5 m3 air tawar, ikan yang
terserang kemudian direndam selama 2 jam. Pengobatan ini dapat diulang
sebanyak 2 - 5 kali sampai ikan sembuh.
Selain penggunaan
antibiotik-antibiotik dalam penanggulangan penyakit khususnya yang
disebabkan oleh Aeromonas, dewasa ini telah banyak dikembangkan
penggunaan imunostimulan untuk merangsang produksi antibodi ikan secara
alami melalui perangsangan pada sel-sel fagosit ikan. Misalnya
penelitian yang dilakukan oleh Akhmad Rukyani, dkk. dari PUSLITBANGKAN
yang menggunakan imunostimulan b-Glucan dengan ikan uji ikan lele yang
telah diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophilla. b-Glucan merupakan salah
satu imunostimulan yang terbuat dari dinding sel cendawan Saccharomyces
cerevisiae yang telah terbukti mampu merangsang dan mengaktifkan
pertahanan non-spesifik pada berbagai organisme tingkat tinggi.
Imunostimulan ini mampu memperbesar kerja sel-sel fagosit yang merupakan
sel-sel penghasil antibodi non-spesifik. Dari penelitian tersebut
diperoleh bahwa dengan penambahan 750 mg b-Glucan dalam 1 kg pakan mampu
meningkatkan produksi leukosit dan antibodi ikan sehingga sintasan
meningkat sampai 83.33 %, padahal biasanya akibat serangan virus ini
sintasan ikan yang terinfeksi kurang dari 25% (Rukyani, dkk.,1997).
Demikian
pula penelitian yang dilakukan oleh R.Mangindaan dari Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Unsrat yang meneliti tentang Peranan
b-Glucan terhadap Peningkatan Aktivitas Sel-Sel Fagosit pada Ikan Mas,
menemukan terjadinya aktivitas fagositosis terhadap bakteri Aeromonas
hydrophilla sebanyak 1.6 - 2.2 kali setelah penginjeksian glucan
lentinan, schizophyllan dan scleroglucan. Ini berarti terjadi aktivitas
secara alamiah (perlawanan/pengaktifan) terhadap gangguan organisme
pathogen oleh sel-sel fagosit ikan mas (Mangindaan, 1993).
Dapat
diprediksikan bahwa penggunaan b-Glucan ini dapat pula diaplikasikan
pada ikan yang terserang Pseudomonas flourescens sebab bakteri jenis ini
pun dapat menyebabkan penyakit Hemorrhage Septicemia. Dimana aktivitas
bakteri ini dapat menyebabkan anemia dan kematian masal pada ikan.
c. Jamur Penyebab Penyakit
Jamur
adalah mikroorganisme yang sering terlihat seperti benang yang tumbuh
di bagian dalam atau luar tubuh ikan. Ada beberapa organisme jamur yang
sering menimbulkan penyakit pada ikan mas dan nila, yaitu Saprolegnea
sp. yang menyebabkan penyakit Saprolegniasis, Achlya sp., Branchiomyces
sp. Tapi yang paling akut dan ditakuti adalah Saprolegnea sp. dan
Branchiomyces sp, sebab Saprolegnea sp. selain menyerang organisme
dewasa juga menyerang telur-telur ikan. Sedangkan Branchiomyces sp.
dapat menyebabkan kematian masal pada ikan budidaya.
Jamur
Saprolegnea sp. menyerang ikan disebabkan adanya infeksi sekunder oleh
organisme lain misalnya bakteri atau copepoda. Selain adanya luka juga
juga dikarenakan suhu air menurun sehingga ikan stress. Pada ikan yang
terinfeksi akan terlihat adanya sekumpulan hypa (benang-benang halus
menyerupai kapas). Biasanya hypa ditemukan di bagian kepala, tutup
insang dan sekitar sirip. Ikan-ikan ini biasanya menjadi kurus karena
daya makan menurun dan sering menggosok-gosokan tubuhnya pada
benda-benda lain.
Pengendalian jamur ini dapat dilakukan dengan
merendam ikan terinfeksi ke dalam larutan Malachite Green atau Methylene
Blue 1 ppm selama 1 jam. Atau untuk pencegahan dengan merendam
telur-telur ikan ke dalam larutan malachite green 1 : 15000 selama 30
detik. Atau menggunakan antiseptik Betadine sebanyak 1% dengan merendam
telur-telur tersebut selama 10 menit.
Branchiomyces sp. merupakan
jamur yang sangat berbahaya bagi ikan, terdiri dari 2 spesies yaitu B.
sanguinis terdapat di saluran darah insang dan B. demigrans ditemukan di
luar saluran darah dan sering menyebabkan nekrosis di sekitar jaringan.
Penyakit yang ditimbulkannya disebut Branchiomycosis atau busuk ikan
yang sering diikuti kematian masal. Pengendalian penyakit ini belum
banyak diketahui. Hanya saja untuk pencegahan sebaiknya menjaga
kebersihan kolam atau penebaran kapur sebanyak 150 - 200 kg/ha.
d. Protozoa Penyebab Penyakit
Protozoa
yang sering menyerang ikan masa adalah Icthyopthirius multifilis,
Myxobulus sp., Tricodina sp. Sedang pada ikan nila umumnya I.multifilis,
Tricodina sp, Tricodinella sp. dan Epistylis sp. (Afrianto dan
Liviawaty, 1992; Djarijah, 1995).
Akibat serangan I. multifilis pada
tubuh ikan banyak dijumpai bintik-bintik putih sehingga penyakit ini
disebut White spot. Serangan protozoa ini umumnya terjadi pada musim
hujan dengan suhu berkisar 20 - 24oC. Ikan yang terserang akan
kehilangan fungsi insang sehingga mengganggu respirasi. Selain itu ikan
menjadi malas berenang dan cenderung mengapung di permukaan air.
Pencegahan
terhadap penyakit ini adalah dengan melakukan sirkulasi/penggantian air
secara teratur serta pemberian pakan yang cukup dan bergizi.
Pengobatannya ada beberapa cara yaitu:
- Merendam ikan terinfeksi ke dalam larutan garam dapur berkadar 0.1 - 0.3 ppm selama 5 - 10 menit.
-
Menggunakan Methylene blue. Larutkan 2 - 4 cc larutan methylene blue ke
dalam 4 liter air dan rendamlah ikan selama 24 jam. Kemudian dapat
diulang sampai 5 kali dengan tiap kali perendaman menggunakan larutan
methylene blue yang baru.
- Perendaman dalam larutan malachite green 0.15 ppm selama 3 hari berturut-turut.
- Perendaman dalam larutan formalin 200 - 250 ppm atau sebanyak 15 ppm yang ditebar di kolam (Afrianto dan Liviawaty, 1992).
Protozoa
selanjutnya yang menyerang ikan mas dan nila adalah Tricodina sp.
Protozoa ini berbentuk genta, bagian depan berbentuk lingkaran
dikelilingi cillia berukuran 120 m. Penyakitnya disebut Trichodiniasis
(Afrianto dan Liviawati 1992; Djarijah, 1995). Ikan yang terserang
penyakit ini nampak berbintik-bintik putih terutama di kepala dan
punggung. Nafsu makan hilang, produksi lendir bertambah banyak, pada
tubuh bagian luar sering dijumpai pendarahan. Pencegahannya dengan
melakukan pengelolaan air secara baik dan pemberian pakan yang cukup.
Pengobatannya dengan merendam ikan yang terserang ke dalam larutan garam
30 ppm, larutan formalin 15 ppm.
Myxobulus sp. merupakan protozoa
yang banyak menyerang ikan mas. Penyakitnya disebut Myxosporeasis.
Ciri-ciri ikan yang terserang adalah timbulnya bintil berwarna
kemerah-merahan. Bintil ini merupakan kumpulan dari ribuan spora.
Penyakit ini sangat berbahaya sebab dapat membawa kematian sampai 80%
(Afrianto dan Liviawaty, 1992). Pengobatannya belum banyak duiketahui.
Pencegahannya dengan pengapuran sebanyak 25 kg/ha. Sedang ikan yang
terserang sebaiknya dimusnahkan dengan cara mengubur atau membakarnya.
Tricodinella
sp. yang menyerang ikan nila berbentuk seperti susunan gerigi berukuran
15 m. Pada tubuh ikan yang terinfeksi, protozoa ini terlihat berwarna
putih atau abu-abu. Pada infeksi berat, ikan terlihat megap=megap di
permukaan air. Faktor kualitas air sangat menentukan frekuensi serangan
protozoa ini. Pengendalian terhadap penyakit ini adalah dengan pemberian
pakan yang cukup baik jumlah dan gizinya. Protozoa lainnya yang
menyerang ikan nila adalaj Epistylis (Djarijah, 1995). Protozoa ini
memiliki tangkai dan mulut dilengkapi cillia yang berfungsi untuk
menarik partikel makanan ke dalam mulutnya. Gejala-gejala ikan yang
terserang adalah luka berdarah/pendarahan pada permukaan tubuh. Produksi
lendir berlebihan di bagian-bagian tubuh tertentu. Pengendaliannya
dengan melakukan sirkulasi dan penggantian air secara teratur dan
pengeringan serta pengapuran kolam.
e. Cacing Penyebab Penyakit
Ada
dua jenis cacing Klass Trematoda yang kerap kali menyerang ikan mas dan
ikan nila serta ikan-ikan air tawar pada umumnya, yaitu Gyrodactylus
sp. dan Dactylogyrus sp.
Gyrodactylus sp. biasanya menyerang ikan
pada bagian kulit dan sirip sedang Dactylogyrus sp. lebih suka menyerang
insang. Cacing-cacing parasit ini akan menyerang ikan pada tingkat
pemeliharaan yang cukup padat. Ciri-ciri yang ditimbulkan akibat
serangan parasit ini adalah:
- Ikan megap-megap di permukaan air
-
Infeksi yang cukp parah dan diikuti oleh infeksi bakteri yang dapat
menyebabkan bakterial sistemik yang hebat pada bagian tubuh yang
terinfeksi.
Pengobatannya dengan jalan perendam,an ikan pada larutan
ammonium 1 ppm selama 5 - 15 menit dan larutan methylene blue (1
gram/cm3 air). Selain itu dapat pula direndam dalam larutan PK 4 - 5
mg/liter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar